Skip to main content

Pentingnya Pembinaan Mental

Pembaca atau rekan pembaca gampang iri terhadap orang lain? Mudah marah? Memiliki rasa sedih yang tidak beralasan? Suka berdusta, mencuri ataupun susah berkonsentrasi? Sepertinya rekan pembaca wajib membaca artikel singkat ini.

Mental diartikan sebagai kepribadian yang merupakan kebulatan yang dinamik yang dimiliki seseorang yang tercermin dalam sikap dan perbuatan atau terlihat dari psikomotornya. Dalam ilmu psikiatri dan psikoterapi, kata mental sering digunakan sebagai ganti dari kata personality (kepribadian) yang berarti bahwa mental adalah semua unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap (attitude) dan perasaan yang dalam keseluruhan dan kebulatannya akan menentukan corak laku, cara menghadapi suatu hal yang menekan perasaan, mengecewakan atau menggembirakan, menyenangkan dan sebagainya.

Para ahli dalam bidang perawatan jiwa, dalam masalah mental telah membagi manusia kepada 2 (dua) golongan besar, yaitu 
  1. Golongan orang yang sehat mentalnya dan,
  2. Golongan orang yang tidak sehat mentalnya. 

1. Golongan orang yang sehat mentalnya.

Menurut Medilexicon di kamus medis :
Kesehatan mental adalah "emosional, kematangan perilaku, dan sosial atau normalitas, tidak adanya gangguan mental atau perilaku; keadaan psikologis dimana seseorang telah mencapai integrasi memuaskan dorongan-dorongan insting seseorang diterima untuk baik diri sendiri dan lingkungan sosial seseorang; keseimbangan yang tepat dari cinta, pekerjaan, dan kegiatan rekreasi ". 

Menurut WHO (World Health Organization) : 
Kesehatan mental adalah "suatu keadaan kesejahteraan di mana individu menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan yang normal dalam kehidupan, mampu bekerja secara produktif dan baik, dan mampu membuat kontribusi untuk nya atau komunitasnya ". WHO menekankan bahwa kesehatan mental "bukan hanya tidak adanya gangguan mental".
Orang yang memiliki mental yang sehat adalah yang memiliki sifat-sifat yang khas antara lain: mempunyai kemampuan untuk bertindak secara efesien, memiliki tujuan hidup yang jelas, memiliki konsep diri yang sehat, memiliki koordinasi antara segenap potensi dengan usaha-usahanya, memiliki regulasi diri dan integrasi kepribadian dan memiliki batin yang tenang. Disamping itu, kesehatan mental tidak hanya terhindarnya diri dari gangguan batin saja, tetapi juga posisi pribadinya seimbang dan baik, selaras dengan dunia luar, dengan dirinya sendiri dan dengan lingkungannya.

Karakteristik orang yang bermental sehat :

1. Terhindar dari Gangguan Jiwa.

Zakiyah Daradjat (1975) mengemukakan perbedaan antara gangguan jiwa (neurose) dengan penyakit jiwa (psikose), yaitu:
  • Neurose masih mengetahui dan merasakan kesukarannya, sebaliknya yang kena psikose tidak. 
  • Neurose kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih hidup dalam alam kenyataan pada umumnya. sedangkan yang kena psikose kepribadiaannya dari segala segi (tanggapan, perasaan/emosi, dan dorongan-dorongan) sangat terganggu, tidak ada integritas, dan ia hidup jauh dari alam kenyataan.
2. Dapat menyesuaikan diri.

Penyesuaian diri (self adjustment) merupakan proses untuk memperoleh/ memenuhi kebutuhan (needs satisfaction), dan mengatasi stres, konflik, frustasi, serta masalah-masalah tertentu dengan cara-cara tertentu. Seseorang dapat dikatakan memiliki penyesuaian diri yang normal apabila dia mampu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalahnya secara wajar, tidak merugikan diri sendiri dan lingkungannya, serta sesuai dengnan norma agama.

3. Memanfaatkan potensi semaksimal mungkin.

Individu yang sehat mentalnya adalah yang mampu memanfaatkan potensi yang dimilikinya, dalam kegiatan-kegiatan yang positif dan konstruktif bagi pengembangan kualitas dirinya. pemanfaatan itu seperti dalam kegiatan-kegiatan belajar (dirumah, sekolah atau dilingkungan masyarakat), bekerja, berorganisasi, pengembangan hobi, dan berolahraga.

4. Tercapai kebahagiaan pribadi dan orang lain.

Orang yang sehat mentalnya menampilkan perilaku atau respon-responnya terhadap situasi dalam memenuhi kebutuhannya, memberikan dampak yang positif bagi dirinya dan atau orang lain. dia mempunyai prinsip bahwa tidak mengorbankan hak orang lain demi kepentingan dirnya sendiri di atas kerugian orang lain. Segala aktivitasnya di tujukan untuk mencapai kebahagiaan bersama.

Dadang Hawari (PR,19-01-1995) mengemukakan pendapat WHO, bahwa kriteria jiwa (mental) yang sehat yaitu:
  • Mampu belajar dari pengalaman,
  • Mudah beradaptasi,
  • Lebih senang memberi daripada menerima,
  • Lebih senang menolong daripada ditolong,
  • Mempunyai rasa kasih sayang,
  • Memperoleh kesenangan dari hasil usahanya,
  • Menerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pengalaman,
  • Berfikir positif.
Sikun Pribadi (1981) mengemukakan ciri atau manifestasi jiwa yang sehat adalah :
  • Perasaan aman, bebas dari rasa cemas,
  • Rasa harga diri yang mantap,
  • Spontanitas dan kehidupan emosi yang hangat dan terbuka,
  • Mempunyai keinginan-keinginan yang sifatnya duniawi,jasmani yang wajar dan mampu memuaskannya,
  • Dapat belajar mengalah dan merendahkan diri sederajat dengan orang lain,
  • Tahu diri,artinya mampu menilai kekuatan dan kelemahan dirinya (baik fisik maupun psikis) secara tepat dan objektif,
  • Mampu melihat realitas sebagai realitas dan memperlakukannya sebagai realitas,
  • Toleransi terhadap ketegangan atau stress, atrinya tidak panik pada saat menghadapi masalah,
  • Integritas dan kemantapan dalam kepribadian,
  • Mempunyai tujuan hidup yang adekuat (posif dan konstruktif),
  • Kemampuan belajar dari pengalaman,
  • Kemampuan penyesuaian diri dalam batasan-batasan tertentu dengan norma-norma yang berlaku,
  • Kemampuan tidak terkait oleh kelompok artinya mempunyai pendirian sendiri, dapat menilai baik-buruk, benar-salah tentang kelompoknya. 


2. Golongan orang yang tidak sehat mentalnya.

Untuk mengetahui apakah seseorang sehat atau terganggu mentalnya, tidaklah mudah. Biasanya yang dijadikan bahan penyelidikan atau tanda-tanda dari kesehatan mental adalah tindakan, tingkah laku atau perasaan. Karenanya seseorang yang terganggu kesehatan mentalnya bila terjadi kegoncangan emosi, kelainan tingkah laku atau tindakannya. 

Golongan yang kurang sehat adalah orang yang merasa terganggu ketentraman hatinya. Adanya abnormalitas mental ini biasanya disebabkan karena ketidakmampuan individu dalam menghadapi kenyataan hidup, sehingga muncul konflik mental pada dirinya. Gejala-gejala umum yang kurang sehat mentalnya, yakni dapat dilihat dalam beberapa segi, antara lain: 


1. Perasaan.
Orang yang kurang sehat mentalnya akan selalu merasa gelisah karena kurang mampu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya.

2. Pikiran.
Orang yang kurang sehat mentalnya akan mempengaruhi pikirannya, sehingga ia merasa kurang mampu melanjutkan sesutu yang telah direncanakan sebelumnya, seperti tidak dapat berkonsentrasi dalam melakukan sesuatu pekerjan, pemalas, pelupa, apatis dan sebgainya.

3. Kelakuan.
Pada umumnya orang yang kurang sehat mentalnya akan tampak pada kelakuan-kelakuannya yang tidak baik, seperti keras kepala, suka berdusta, mencuri, menyeleweng, menyiksa orang lain, dan segala yang bersifat negatif. 

Dari penjelasan tersebut di atas, maka dalam hal ini tentunya pembinaan yang dimaksud adalah pembinaan kepribadian secara keseluruhan. Pembinaan mental secara efektif dilakukan dengan memperhatikan faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina. Pembinaan yang dilakukan meliputi pembinaan moral, pembentukan sikap dan mental yang pada umumnya dilakukan sejak anak masih kecil. Pembinaan mental merupakan salah satu cara untuk membentuk akhlak manusia agar memiliki pribadi yang bermoral, berbudi pekerti yang luhur dan bersusila, sehingga seseorang dapat terhindar dari sifat tercela sebagai langkah penanggulangan terhadap timbulnya kenakalan remaja.

Berikut adalah beberapa cara-cara membangun mental yang sehat, mental yang positif, sportif dan tidak mudah menyerah. 

1. Mengeluarkan pikiran negatif berlebihan tentang permasalahan yang kita hadapi.
Mungkin jalan satu-satunya adalah curhat.Dengan sharing, kita membantu diri kita mengurangi beban yang ada dalam pikiran kita. Ada manfaat lainnya juga, dimana ketika kita curhat sebenarnya kita sedang memecahkan masalah kita lewat masukan orang lain. Jika pikiran kita sudah terbebas dari masalah insyaAllah mental kita akan siap menghadapi kasus yang serupa ataupun kasus baru yang muncul. Namun perlu diperhatikan juga dengan siapa kita curhat, karena curhat dengan orang yang salah malah akan memperburuk keadaan, bukan memperbaikinya.

2. Cobalah mengubah pola pikir masalah. 
Kalau selama ini masalah itu kita pandang dari sisi negatifnya terus, tentu saja kita lebih sering down, mental kita jadi mental krupuk, rentan dan rapuh. Nah, sekarang kita balik persepsinya, mari kita lihat masalah itu dari sisi positifnya. Jadi kita lebih berfokus pada apa sebenarnya yang Tuhan ingin kita sadari, kita perlu menanamkan prinsip itu di kepala kita. Coba dilist saja ada berapa hal positif yang bisa kita dapatkan dari menghadapi masalah kita. Salah seorang filusuf berkata 
"masalah itu akan selalu bisa terpecahkan jika yang kita pikirkan adalah solusinya" atau juga "besar kecilnya masalah tergantung bagaimana respon pemikiran kita".

3. Lakukanlah olahraga secukupnya. 
Ada pepatah latin yang mengatakan bahwa Men Sana in Corpore Sano, yang artinya demikian "dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat". Dengan kata lain, untuk membangun mental yang kuat juga harus didukung dengan kondisi fisik yang baik pula. Maka dari itu manfaatkan waktu lowong untuk melakukan olahraga. Paling tidak selain bisa jadi sehat, olahraga dapat menjadi pengalih konsentrasi berlebihan terhadap permasalahan sehari-hari yang kita hadapi.

4. Bersosialisasilah sebanyak mungkin.  
Bangun jaringan pertemanan dengan siapapun sebanyak mungkin. Penulis yakin, cobaan apapun sebenarnya tidak akan terasa jika ada teman-teman yang mau berbagi solusi pada permasalahan yang kita hadapi. Kadang mereka tidak hanya berbagi solusi tapi mereka juga bisa cukup menghibur dengan lelucon mereka.

5. Membangun sikap sportifitas.
Sportifitas dapat berarti berlapang dada, mau menerima kesalahan/ kekalahan dan mau untuk memperbaiki kesalahan/ kekalahan yang telah dilakukan dengan cara yang sportif pula, sehingga timbul semangat kompetisi yang sehat.

6. Terakhir, untuk membangun mental yang kuat kita itu harus punya prinsip.
Apa itu prinsipnya? Jangan mudah menyerah karena ada satu kesalahan yang telah kita buat. Ingatlah bahwa setiap orang bisa salah, sengaja atau tidak disengaja. Dan memang, no body is perfect, isnt't it? Lebih baik, ketika kita berbuat satu kesalahan, marilah kita susulkan dengan perbuatan baik atau prestasi yang lebih banyak lagi. 

Sebaiknya pembentukan mental yang sehat hendaknya dilakukan sejak dini, ibaratnya akan lebih mudah membasmi bibit penyakit dibanding mengobati penyakit yang sudah akut/ kronis.


Comments

Popular posts from this blog

Akibat Sering Menahan Buang Air Kecil & ISK (Infeksi Saluran Kemih)

Dampak akibat menahan buang air kecil sangat fatal bagi kesehatan, selain menyerang organ ginjal juga dapat merugikan kesehatan secara menyeluruh. Sehingga penting untuk tidak menyepelekan masalah ini. Berikut ulasannya.

Pengertian, Jenis, Dampak Negatif Sampah

Sampah merupakan masalah yang tak pernah terselesaikan hingga saat ini, meskipun beberapa negara maju telah menindak tegas orang-orang yang suka membuang sampah sembarangan, namun belum juga membuat para pembuang sampah sembarangan menjadi jera, apalagi dengan negara berkembang yang bahkan belum memiliki undang-undang yang jelas mengenai permasalah ini.

Bahaya Beras Plastik (Beras Palsu)

Beras palsu atau beras plastik menjadi bahan pembicaraan hangat beberapa hari belakangan ini. Bahkan hingga tulisan ini dibuat, topik beras palsu selalu menjadi bahan pembicaraan di setiap berita. Hal ini semakin memperburuk kondisi kehidupan kita sehari-hari, ketika harga BBM naik dan seluruh harga kebutuhan pokok ikut melambung tinggi, kita kini harus lebih teliti untuk mengetahui mana beras palsu atau beras asli.