Skip to main content

Bingung Mau Buat Judul Apa

Sudah 2 minggu aku tidak bertemu dengannya, rasa rindupun sudah menyesakkan dada. 
"aku harus pulang" tekadku dalam hati.
Aku pulang tanpa memberitahu istriku, karena memang lagi kesal karena ulah istriku.

Dalam perjalanan aku tak sabar melihat bagaimana kondisi anakku yang masih berumur 6 minggu, apalagi aku mendapat kabar dari istriku bahwa anakku sudah mulai aktif, dan mulai berceloteh. Aku langsung memeluknya begitu aku tiba, sengaja kuacuhkan istriku mengisyaratkan bahwa aku masih kesal dengannya.Aku terkejut ketika aku menggendongnya, ternyata dalam 2 minggu ini anakku sudah bertambah tinggi, itu sangat terasa pada saat menggendongnya, dan aku juga merasakan bahwa beratnya juga semakin bertambah. Alhamdulillah..

Lama aku memeluknya, aku baru sadar bahwa sudah cukup lama aku mendiamkan istriku yang sejak tadi memperhatikan kami berdua. Kulirik dia sedang murung, kantung air matanya kelihatan penuh, aku berpura-pura tak mau tahu, tetap saja kegendong anakku masih tanpa memperdulikan kehadiran istriku. 
"bagaimana imunisasi Azmi?" aku mulai mencairkan suasana.
"sudah"
"apa kata dokter tentang Azmi?"
"Azmi baik-baik saja, kondisinya bagus"
Kembali aku asyik dengan anakku.

Selang beberapa saat, tanpa sadar kami (aku dan istri) sudah mulai akrab, dan kembali bercerita melepas rindu.

Keesokan harinya, kuperhatikan ada yang tidak beres dengan istriku, sepertinya ada sesuatu yang mengganggu dan menyakitkan di bagian perutnya, ketika aku bertanya kenapa, dia tetap tak menjawab  danhanya melempar sesenyum dan berkata "aku ga kenapa-napa kok ". Sore hari aku perhatikan wajahnya semakin menunjukkan rasa sakit seraya memegang perutnya.
Ternyata masuk anginlah penyebab sakit itu, walaupun perut sudah terisi tapi tetap saja membutuhkan waktu untuk menyembuhkannya.
Maghrib menjelang, istriku sedang memasak telur untuk santapannya. Aku mendekati dan menyapanya dan bertanya-tanya karena memang perutnya masih sakit, malah semakin bertambah sakitnya.
Aku berdiri di sampingnya, tak berapa lama tiba-tiba istriku ambruk. Aku berusaha tenang dan menopang kepalanya, aku memanggil ayah yang sedang membaca koran di ruang depan, wajahnya juga tidak kalah panik ketika melihat menantunya yang ambruk di dapur.

Badan, kaki dan kepalanya aku kusuk dan mencoba membangunkannya, kuperhatikan di sekelilingku ternyata tetangga sudah datang berkumpul menyaksikan apa yang sedang terjadi. Rasa panikku mulai muncul ketika kupegang urat nadinya berdetak sangat sangat lemah, aku takut terjadi apa-apa. Tak lama Ibu dan kedua mertuaku sampai di rumah. Pemandangan yang terlihat membuat mereka sangat panik, dan kulihat mereka menitikkan air mata.

"mungkin kerasukan" kata tetangga.
Aku pun tak merasa aneh, karena memang bukan sekali dua kali saja istriku mengalami ini, terlebih-lebih saat kondisinya drop karena lelah atau sedih.

Segala upaya sudah dilakukan, tapi yang merasuki istriku belum juga beranjak, aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Memang istriku sudah menunjukkan kesadarannya, tapi belum sembuh benar dan yang merasuki istriku masih belum benar-benar pergi.

"Coba ambil air wudhu dulu pak" seorang teman yang baru datang meminta kepada ayah istriku.
sementara aku memberikan apa-apa saja yang diminta oleh temanku ini.
Kuperhatikan dia mulai menuliskan sesuatu di atas kerta, kemudian membakarnya, abu dari kertas tersebut dimasukkan ke air bekas wudhu.

"Ya Allaaaahhhh... Ya Rahmaaaann............" temanku mulai berdoa. 
Tak lama setelah ayat suci Alquran dibacakannya, ada yang aneh dengan temanku yang satu ini. Sikap dan gaya bicara yang sebelumnya normal kini berubah menjadi sedikit gemulai. Bukan hanya aku, kuperhatikan ipar dan adikku juga merasa aneh dan terkejut dengan perubahan yang mencolok temanku. Sementara Ibu temanku terlihat biasa-biasa saja. Memang menurut informasi yang kudengar bahwa temanku ini ada sesuatu kelebihan yang ada dalam dirinya, dan kali ini dibuktikannya di depan mata kepalaku sendiri.

Istriku mengerang ketika tangannya memegang tangan istriku
"Tolong jangan sakiti aku..... tolong jangan siksa aku" 
Aku tak tahan melihat istriku mengerang seperti itu, dengan sekuat hati aku berusaha menahan air mata yang sudah menyesak di kantungnya.

Proses penyembuhan itu membutuhkan waktu seperempat jam, selama itu pula aku berusaha memegang kakinya yang berontak ingin dilepaskan. Sementara ipar dan sang mertua menahan tangannya yang berontak, termasuk Ibu temanku yang bisa juga disebut Bibi ku.

Istriku terlihat sangat lemas, sehingga untuk dudukpun harus kutopang dari belakang. Kondisi mulai terlihat tenang, namun tetap saja menyisakan wajah-wajah panik karena kejadian tadi.
Namun yang tidak berbeda dengan yang sebelumnya adalah sikap dan gaya bahasa temanku Musa ini. Dengan gaya yang sedikit gemulai, kami mulai berdiskusi, berdialog mengenai kejadian barusan.

Aku sangat terkesan dengan sesosok yang telah meminjam raga temanku ini, aku tak tahu siapa dia, tapi apa yang diucapkannya sangat tepat dengan kejadian-kejadian yang sudah kami alami. Dia juga memberikan nasihat kepada aku, istriku, juga orang-orang yang berada di sana. Dan yang terpenting adalah setiap ucapan dan nasihatnya selalu berlandaskan Agama, Sang Penguasa, Allah SWT. 

Lebih dari sejam kami semua yang berada di sana berdialog dan mendapat pencerahan dari sesosok yang meminjam raga temanku ini. Dialog itu terasa amat cepat bagiku, tapi meskipun singkat, aku  rasakan dialog itu sangat bermanfaat.
Akhirnya dialog itupun ditutup dengan doa, tanpa dapat kubendung lagi air mata pun mulai mengalir, karena doa-doa yang diucapkannya memang sangat mengena dengan masalah yang sedang kami hadapi.

Dialog masih tetap berlanjut, ketika temanku sudah kembali normal.

Aku mencium kening anakku, dan kuusap rambut istriku ketika waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam pagi, aku harus berangkat lagi, beraktifitas lagi, dan mudah-mudahan kejadian yang aku alami kemarin membawa perubahan yang positif terhadapku, juga istriku.

Dan mungkin acara aqiqah Azmi akan dilakukan akhir pekan ini, insya allah..

Comments

Popular posts from this blog

Akibat Sering Menahan Buang Air Kecil & ISK (Infeksi Saluran Kemih)

Dampak akibat menahan buang air kecil sangat fatal bagi kesehatan, selain menyerang organ ginjal juga dapat merugikan kesehatan secara menyeluruh. Sehingga penting untuk tidak menyepelekan masalah ini. Berikut ulasannya.

Pengertian, Jenis, Dampak Negatif Sampah

Sampah merupakan masalah yang tak pernah terselesaikan hingga saat ini, meskipun beberapa negara maju telah menindak tegas orang-orang yang suka membuang sampah sembarangan, namun belum juga membuat para pembuang sampah sembarangan menjadi jera, apalagi dengan negara berkembang yang bahkan belum memiliki undang-undang yang jelas mengenai permasalah ini.

Bahaya Beras Plastik (Beras Palsu)

Beras palsu atau beras plastik menjadi bahan pembicaraan hangat beberapa hari belakangan ini. Bahkan hingga tulisan ini dibuat, topik beras palsu selalu menjadi bahan pembicaraan di setiap berita. Hal ini semakin memperburuk kondisi kehidupan kita sehari-hari, ketika harga BBM naik dan seluruh harga kebutuhan pokok ikut melambung tinggi, kita kini harus lebih teliti untuk mengetahui mana beras palsu atau beras asli.